Ensiklopedia Tafsir Al Qur'an

Referensi Kitab Tafsir dari Berbagai Ulama

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Fatihah : Muqaddimah

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Fatihah

"Bismillaahir rahmaanir rahiim" (Dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)

Disebut al-Faatihah artinya pembukaan kitab secara tertulis. Dan dengan al-Faatihah itu dibuka bacaan di dalam shalat. Anas bin Malik menyebutkan: “Al-Faatihah itu disebut juga Ummul Kitab menurut jumhur ulama. Dalam hadits shahih yang diriwiyatkan oleh at-Tirmidzi dari Abu Hurairah, ia menuturkan, Rasulullah saw. bersabda: “Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin” adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, as-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang), dan al-Qur’anul ‘Adziim.”

Surat ini disebut juga dengan sebutan al-hamdu dan ash-shalah. Hal itu didasarkan pada sabda Rasulullah saw. dari Rabb-nya, Dia berfirman: “Aku membagi shalat antara diri-Ku dengan hamba-Ku menjadi dua bagian. Jika seorang hamba mengucapkan: alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin, maka Allah berfirman: ‘Aku telah dipuji hamba-Ku.’”

Al-Faatihah disebut ash-Shalah, karena al-Faatihah itu sebagai syarat sahnya shalat. Selain itu, al-Faatihah disebut juga asy-Syifa’. Berdasarkan hadits riwayat ad-Darimi dari Abu Sa’id, sebagai hadits marfu’: “Fatihatul kitab itu merupakan syifa’ (penyembuh) dari setiap racun.” Juga disebut ar-Ruqyah. Berdasarkan hadits Abu Sa’id, yaitu ketika menjampi (ruqyah) seseorang yang terkena sengatan, maka RAsulullah saw. bersabda: “Darimana engkau tahu bahwa al-Faatihah ini adalah ruqyah.”

Surat al-Faatihah diturunkan di Makkah (Makkiyyah). Demikian dikatakan Ibnu ‘Abbas, Qatadah, dan Abu al-‘Aliyah. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa surat ini turun di Madinah (Madaniyyah). Inilah pendapat Abu Hurairah, Mujahid, Atha’ bin Yasar, dan az-Zuhri. Ada yang berpendapat, surat al-Faatihah turun dua kali, sekali turun di Makkah dan yang sekali lagi di Madinah. Pendapat pertama lebih sesuai dengan firman Allah: wa laqad aatainaaka sab’am minal matsaanii (“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu sab’an minal matsani [tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang.”) (al-Hijr: 87)

Dalam ayat ini secara sepakat, terdiri dari tujuh ayat. Hanya saja terdapat perbedaan dalam masalah basmalah. Apakah sebagai ayat yang berdiri sendiri pada awal surat al-Faatihah, sebagaimana menurut kebanyakan para qurra’ Kufah, dan pendapat segolongan shahabat dan Tabi’in. Atau bukan sebagai ayat pertama dari surat tersebut, sebagaiman yang dikatakan oleh para qurra’ dan ahli fiqih Madinah. Dan mengenai hal ini terdapat tiga pendapat, yang akan dijelaskan nanti.

Mereka mengatakan: “Surah al-Fatihah terdiri dari 25 kata dan 113 huruf.” Al-Bukhari mengatakan dalam awal kitab tafsir: “Disebut ummul Kitab, karena al-Fatihah ditulis pada permulaan al-Qur’an dan dibaca pada permulaan shalat. Ada juga yang berpendapat, disebut demikian karena seluruh makna al-Qur’an kembali kepada apa yang dikandungnya.”

Ibnu Jarir mengtakan: “Orang Arab menyebut ‘Umm’ untuk semua yang mencakup atau mendahului sesuatu jika mempunyai hal-hal lain yang mengikutinya dan ia sebagai pemuka yang meliputinya. Seperti umm al-ra’s sebutan untuk kulit yang meliputi otak (kepala). Mereka menyebut bendera dan panji tempat berkumpulnya pasukan dengan umm.”

Dzur ar-Rummah mengatakan: ‘alaa ra’sihi ummilanaa naqtadii bihaa. Jimaa-‘u umuuri laisa na’shii lahaa amran (“Pada ujung tombak itu terdapat panji kami, yang menjadi lambing bagi kami. Sebagai pedoman segala urusan, yang sedikitpun tak kan kami mengkhianatinya.”)

Maksudnya tombak. Makkah disebut ummul Qura’ karena keberadaannya terlebih dahulu dan sebagai penghulu kota-kota lain. Ada juga yang berpendapat karena bumi dibentangkan darinya.
Dan benar disebut as-Sab’ul Matsani karena dibaca berulang-ulang dalam shalat, pada setiap rakaat, meskipun kata al-Matsani memiliki makna lain, akan dijelaskan nanti.

Selanjutnya,
Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Fatihah (bagian 2) Keutamaan Al Fatihah