Ensiklopedia Tafsir Al Qur'an

Referensi Kitab Tafsir dari Berbagai Ulama

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al A’raf Ayat 187

Tafsir Ibnu Katsir Surat Al A’raf Ayat 187

Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, "Bilakah terjadinya?” Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba " Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala: Mereka bertanya kepadamu tentang kiamat. (Al-A'raf: 187)

Pengertian ayat tersebut sama halnya dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu: Manusia bertanya kepadamu tentang hari kiamat. (Al-Ahzab: 63)

Menurut suatu pendapat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Quraisy. Sedangkan menurut pendapat lainnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang Yahudi. Tetapi pendapat yang pertamalah yang lebih mendekati kebenaran, mengingat ayat ini Makkiyyah. Mereka sering menanyakan tentang terjadinya waktu kiamat, tetapi pertanyaan mereka mengandung nada tidak mempercayai keberadaannya dan mendustakannya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan mereka berkata, "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari kiamat) jika kamu adalah orang-orang  yang benar? (Yunus: 48; Yasin: 48; Al Anbiya 38; An Naml 71; Saba 29; Al-Mulk 25)

Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. (Asy-Syura: 18)

Adapun firman Allah Subhanahu wa ta’ala: Bilakah terjadinya. (Al-A'raf: 187)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud dari lafaz muntahaha ialah batas terakhirnya, yakni bilakah terjadinya dan kapankah usia dunia berakhir, hal itu merupakan permulaan dari waktu kiamat.

Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.” (Al-A'raf: 187)

Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Rasul-Nya 'bila ditanya tentang saat kiamat, hendaknya ia mengembalikan pengetahuannya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena sesungguhnya hanya Dialah yang mengetahui bila kiamat akan terjadi', yakni Allah Subhanahu wa ta’ala mengetahui perkaranya secara jelas dan mengetahui pula saat terjadinya hari kiamat secara tepat. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hal ini kecuali hanya Allah Subhanahu wa ta’ala Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi. (Al-A'raf: 187)

Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Kiamat itu amat berat (bagi makhluk) di langit dan di bumi. (Al-A'rlf: 187) Artinya, amat berat untuk mengetahuinya bagi semua penduduk di langit dan di bumi. Dengan kata lain, mereka sama sekali tidak mengetahuinya.

Ma'mar mengatakan bahwa Al-Hasan pernah mengatakan, "Apabila hari kiamat datang, maka terasa amat berat bagi semua penduduk di langit dan di bumi," yakni hari kiamat itu terasa amat berat oleh mereka.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Hari kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi. (Al-A'raf: 187) Menurutnya, ayat di atas artinya 'tidak ada seorang makhluk pun melainkan tertimpa bahaya dari hari kiamat'.

Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Hari kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi, (Al-A'raf: 187) Apabila hari kiamat tiba, maka terbelahlah langit dan bertaburanlah bintang-bintangnya. Matahari digulung dan gunung-gunung dihancurkan. Hari kiamat itu memang terjadi seperti yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya, maka yang demikian itulah makna yang dimaksud dengan ‘amal berat’

Ibnu Jarir rahimahuttah memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah amat berat untuk mengetahui waktu terjadinya kiamat bagi penduduk langit dan bumi, seperti yang dikatakan oleh Qatadah tadi. Pengertian dari perkataan keduanya (Ibnu Jarir dan Qatadah) semakna dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya: Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. (Al-A'raf: 187)

Akan tetapi, hal ini tidak me-nafi-kan (meniadakan) pengertian yang mengatakan bahwa kedatangan hari kiamat itu terasa amat berat bagi seluruh penduduk langit dan bumi.

As-Saddi berpendapat sehubungan dengan makna firman-Nya: Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. (Al-A'raf: 187) Menurutnya makna yang dimaksud ialah hari kiamat itu samar bagi penduduk langit dan bumi. Karena itu, tidak ada yang mengetahui saatnya, baik dia itu malaikat yang terdekat maupun sebagai nabi yang diutus.

Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. (Al-A'raf: 187) 

Artinya, terjadinya hari kiamat mengagetkan mereka. Hari kiamat datang kepada mereka di saat mereka sedang lalai.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba (Al-A'raf: 187) Allah telah menetapkan bahwa hari kiamat itu tidaklah datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. Dan telah sampai suatu hadits kepada kami, bahwa Nabi Shollallohu alaihi wa sallam pernah bersabda: Sesungguhnya hari kiamat datang mendadak menimpa manusia, sedangkan seseorang ada yang sedang memperbaiki kolamnya, ada yang sedang memberi minum ternaknya, ada pula yang sedang menjajakan barang dagangannya di pasar seraya menurunkan dan menaikkan timbangannya.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Abdur Rahman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam telah bersabda: Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari arah baratnya, apabila matahari telah terbit dari arah baratnya dan manusia melihatnya, berimanlah mereka semuanya. Yang demikian itu terjadi di masa tidak bermanfaat iman seseorang bagi dirinya jika ia tidak beriman sebelumnya, atau semasa imannya itu ia tidak mengerjakan suatu kebaikan pun. Dan sesungguhnya hari kiamat itu terjadi ketika dua orang lelaki sedang menggelarkan kain dagangan di antara keduanya, sehingga keduanya tidak sempat melakukan jual belinya dan tidak sempat melipat kainnya. Dan sesungguhnya hari kiamat terjadi ketika seseorang pulang dengan membawa air susu hasil perahannya, sehingga ia tidak sempat meminumnya. Dan sesungguhnya hari kiamat terjadi ketika seseorang sedang memperbaiki penampungan airnya, sehingga ia tidak sempat meminum airnya. Dan sesungguhnya hari kiamat terjadi ketika seseorang sedang menyuapkan makanan ke mulutnya sehingga ia tidak sempat memakannya.

Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya mengatakan, telah menceritakan kepadaku Zuhair ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah yang mengatakan, Rasulullah SHOLLALLOHU ALAIHI WA SALLAM telah memberitahukan kepadanya bahwa: "Hari kiamat terjadi ketika seseorang sedang memerah hewan perahannya; tetapi sebelum ia sempat mencicipi hasilnya, kiamat telah terjadi. Ketika dua orang lelaki sedang tawar menawar pakaian; sebelum keduanya melakukan transaksi jual beli hari kiamat telah terjadi. Dan ketika seorang lelaki sedang membersihkan kolam penampungan airnya; tetapi sebelum ia selesai dari pekerjaannya, hari kiamat telah terjadi."

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala: Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187)

Para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya. Suatu pendapat mengatakan bahwa makna yang dimaksud adalah seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman–Nya : Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Makna yang dimaksud ialah seakan-akan di antara kamu dan mereka terdapat hubungan yang intim, seakan-akan kamu adalah teman mereka.

Ibnu Abbas mengatakan, "Ketika orang-orang (Quraisy) bertanya kepada Nabi Shollallohu alaihi wa sallam tentang hari kiamat, mereka mengajukan pertanyaan­nya seakan-akan mereka menganggap bahwa Muhammad benar-benar bersahabat karib dengan mereka. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya, bahwa sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya ada di sisi-Nya. Dia sengaja menyembunyikannya dan tidak memperlihatkannya kepada seorang pun, baik ia sebagai malaikat yang terdekat dengan-Nya ataupun sebagai seorang rasul yang diutus-Nya."

Qatadah mengatakan bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada Muhammad Shollallohu alaihi wa sallam, "Sesugguhnya di antara kami dan engkau terdapat hubungan kekerabatan. Karena itu, jelaskanlah kepada kami kapankah hari kiamat akan terjadi?" Maka Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187)

Demikianlah menurut riwayat Mujahid, Ikrimah, Abu Malik, dan As-Saddi yang merupakan suatu pendapat. 

Tetapi yang benar dari Mujahid ialah melalui riwayat Ibnu Abu Nujaih dan lain-lainnya sehubungan dengan makna firman-Nya berikut ini: Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Bahwa pertanyaan itu diajukan kepadamu seakan-akan kamu mengetahuinya. 

Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan ayat ini : Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Yakni seakan-akan kamu mengetahuinya, padahal kamu tidak mengetahuinya. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah.” (Al-A'raf: 187)

Ma'mar telah meriwayatkan dari sebagian ulama tafsir sehubungan makna firman-Nya: seakan-akan kamu benar-benar mengetahumya. (Al-A'raf: 187) Artinya, seakan-akan kamu mengetahui hari kiamat. 

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Yaitu seakan-akan kamu mengetahui hari kiamat, padahal Allah menyembunyikan pengetahuan tentang hari kiamat ini dari semua makhluk-Nya. Lalu ia membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34), hingga akhir ayat.

Pendapat ini kedudukannya lebih kuat daripada yang pertama tadi. Karena itulah dalam ayat itu disebutkan oleh firman Nya : Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Al-A;'raf: 187)

Malaikat Jibril alaihis salam datang dalam rupa seorang Arab Badui untuk mengajarkan kepada manusia perkara agama mereka, lalu ia duduk di hadapan Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam seperti duduknya orang yang mau bertanya, kemudian memohon petunjuk. Maka Jibril a.s bertanya kepada Nabi Shollallohu alaihi wa sallam tentang Islam, lalu tentang iman dan thsan, kemudian ia bertanya, "Bilakah hari kiamat itu?" Maka Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam menjawabnya melalui sabdanya: Orang yang ditanya mengenainya tidaklah lebih mengetahui daripada sipenanya.

Dengan kata lain, saya bukanlah orang yang lebih mengetahui tentangnya daripada engkau; dan tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui tentangnya daripada orang lain. Kemudian Nabi Shollallohu alaihi wa sallam membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34), hingga akhir ayat

Menurut riwayat yang lain disebutkan bahwa lalu Jibril alaihis salam menanyakan tentang tanda-tanda akan terjadinya hari kiamat. Maka Nabi Shollallohu alaihi wa sallam menjelaskan tanda-tanda hari kiamat kepadanya. Kemudian Nabi Shollallohu alaihi wa sallam bersabda, "Ada lima perkara yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah." Lalu Nabi Shollallohu alaihi wa sallam membacakan ayat ini. Semua jawaban yang diucapkan oleh Nabi Shollallohu alaihi wa sallam selalu dijawab olehnya dengan ucapan, "Engkau benar." Karena itulah para sahabat merasa heran dengan sikap si penanya ini; dia bertanya, tetapi dia pun membenarkannya. Kemudian setelah Jibril alaihis salam yang menyerupai seorang lelaki Badui itu pergi, Rasulullah SHOLLALLOHU ALAIHI WA SALLAM Bersabda : Orang itu adalah Jibril yang sengaja datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian perihal agama kalian.

Menurut riwayat lain, lalu Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam bersabda: Tidak sekali-kali Jibril datang kepadaku dalam bentuk apa pun melainkan aku mengenalnya kecuali dalam rupanya yang sekarang ini.

Kami telah menuturkan hadits ini berikut semua jalur periwayatan dan teks-teksnya di dalam awal Syarah Bukhari yang saya nukil dari kitab-kitab Sahih, kitab-kitab Hasan dan kitab-kitab Musnad.

Ketika lelaki Arab Badui itu bertanya kepada Nabi Shollallohu alaihi wa sallam dengan suara yang lantang dan mengatakan, "Hai Muhammad!" Maka Nabi Shollallohu alaihi wa sallam menjawabnya dengan nada suara yang sama, "Ya, ada apa?" Ia bertanya, "Hai Muhammad, bilakah hari kiamat itu terjadinya?" Maka Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam menjawabnya: Celakalah kamu, sesungguhnya hari kiamat itu pasti terjadi, lalu bekal apakah yang telah engkau siapkan untuk menghadapinya? Lelaki itu menjawab, "Saya tidak membuat bekal apa pun untuk menghadapinya, baik salat yang banyak maupun puasa. Tetapi saya hanya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Maka Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam bersabda kepadanya: Seseorang itu (akan dihimpunkan) bersama orang yang dicintainya. Maka tiada suatu hal pun yang membuat kaum muslim merasa gembira lebih dari kegembiraan mereka ketika mendengar hadits ini. 

Hadits ini mempunyai banyak jalur yang bermacam-macam di dalam kitab Sahihain dan kitab-kitab lainnya dari sejumlah sahabat, dari Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam Bunyi haditsnya adalah seperti berikut: Seseorang itu (akan dihimpunkan) bersama orang yang dicintainya.

Hadits ini berpredikat mutawatir menurut kebanyakan para huffaz yang mendalami hadits. Di dalam hadits ini terkandung pengertian bahwa Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam apabila ditanya tentang sesuatu hal yang tidak perlu mereka ketahui, maka beliau Shollallohu alaihi wa sallam memberinya petunjuk kepada sesuatu yang lebih penting daripada itu, yaitu membuat persiapan bekal untuk menyambut hari kiamat dan mempersiapkan diri sebelum kedatangannya, sekalipun mereka tidak mengetahui waktunya secara tepat.

Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah dan Abu Kuraib; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usamah, dari Hisyam, dari ayahnya, dari Siti Aisyah radliyallohu anhu yang menceritakan bahwa orang-orang Badui apabila datang menghadap kepada Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam sering menanyakan kepada Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam tentang terjadinya hari kiamat. Maka Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam memandang kepada seseorang yang paling muda di antara mereka, lalu bersabda: Jika orang ini tetap hidup, sebelum dia mengalami usia pikun, maka terjadilah atas kalian kiamat kalian.

Makna yang dimaksud ialah kematian mereka, yang mengantarkan mereka ke alam barzakh, lalu ke akhirat. 

Kemudian Imam Muslim mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas, bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam tentang hari kiamat. Maka Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam bersabda: Jika pemuda ini tetap hidup, mudah-mudahan sebelum ia mencapai usia pikun hari kiamat akan terjadi.

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim secara munfarid. Imam Muslim mengatakan pula bahwa: Telah menceritakan kepadaku Hajjaj ibnu Asy Sya'ir, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Hilal Al-Masri, dari Anas ibnu Malik radliyallohu anhu, bahwa pernah seorang lelaki bertanya kepada Nabi Shollallohu alaihi wa sallam, "Bilakah hari kiamat terjadi?" Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam diam sejenak, beliau memandang ke arah seorang pemuda yang ada di hadapannya dari kalangan Azd Syanuah, lalu bersabda: Jika pemuda ini berusia panjang, sebelum dia mencapai usia pikun hari kiamat akan terjadi. Anas ibnu Malik mengatakan, "Pemuda tersebut sebaya dengan usiaku." 

Imam Muslim mengatakan pula bahwa: Telah menceritakan kepada kami Harun ibnu 'Abdullah, telah menceritakan kepada kami Affan ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas yang mengatakan bahwa seorang pemuda (pelayan) milik Al-Mugirah ibnu Syu'bah yang seusia denganku lewat, lalu Nabi Shollallohu alaihi wa sallam bersabda: Jika pemuda ini berusia panjang, sebelum dia mengalami usia pikun kiamat akan terjadi.

Imam Bukhari telah meriwayatkannya di dalam Kitabul Adab, bagian dari kitab Sahih-nya: dari Amr ibnu Asim, dari Hammam, dari Yahya, dari Qatadah, dari Anas, bahwa seorang lelaki Badui bertanya, "Wahai Rasulullah, bilakah hari kiamat terjadi?" Lalu Imam Bukhari menuturkan hadits ini, dan pada akhirnya ia menyebutkan “Kemudian Lewatlah seorang pelayan milik Al-Mugirah ibnu Syu'bah," Hingga akhir hadits.

Pengertian mutlak yang terdapat di dalam riwayat-riwayat ini dapat diartikan kiamat secara khusus bagi yang bersangkutan, yakni pengertian yang terbatas, seperti pengertian yang terdapat di dalam hadits Siti Aisyah radliyallohu anhu

Ibnu Juraij mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abuz Zubair; dia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam bersabda sebulan sebelum beliau wafat: Kalian sering bertanya kepadaku tentang hari kiamat, sesungguh­nya pengetahuan tentang hari kiamat hanya ada di sisi Allah Dan aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa tiada seorang pun yang ada pada hari ini di muka bumi dapat tahan hidup bila telah datang kepadanya masa seratus tahun. (Riwayat Muslim)

Di dalam kitab Sahihain disebutkan hal yang semisal, dari Ibnu Umar. Ibnu Umar mengatakan, "Sesungguhnya yang dimaksud oleh Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam dengan ungkapan ini hanyalah surutnya generasi tersebut."

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Al-Awam, dari Jabalah ibnu Suhaim, dari Muassir ibnu Afarah, dari Ibnu Mas'ud radliyallohu anhu, dari Nabi Shollallohu alaihi wa sallam yang telah bersabda, "Aku bersua dengan Ibrahim, Musa, dan Isa pada malam ketika aku menjalani Isra. Mereka sedang berbincang-bincang mengenai hari kiamat." Nabi Shollallohu alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya, "Lalu mereka mengembalikan perkara mereka kepada Ibrahim alaihis salam Maka Ibrahim alaihis salam menjawab, 'Saya tidak mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat." Lalu mereka mengembalikan perkaranya kepada Musa, tetapi Musa menjawab, 'Saya tidak mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat.' Kemudian mereka mengembalikan perkara tersebut kepada Isa, dan Isa mengatakan, 'Ingatlah, mangenai waktu terjadinya kiamat, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Allah Subhanahu wa ta’ala Dan menurut apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepadaku, Dajjal akan muncul. Saat itu aku memegang dua buah tombak. Apabila Dajjal melihat diriku, maka leburlah dirinya sebagaimana leburnya timah." Nabi Shollallohu alaihi wa sallam melanjutkan kisahnya, "Kemudian Allah membinasakan Dajjal manakala Dajjal melihatnya (Nabi lsa). Sehingga pepohonan dan bebatuan mengatakan, 'Hai orang muslim, sesungguhnya di bawahku bersembunyi orang kafir, maka kemarilah dan bunuhlah dia.' Lalu Allah membinasakan orang-orang kafir, kemudian orang-orang kembali ke kota dan negerinya masing-masing. Maka pada saat itulah muncul Yajuj dan Majuj, mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Lalu mereka menginjak negeri manusia, dan tidak sekali-kali mereka mendatangi sesuatu tempat melainkan mereka merusaknya. Tidak sekali-kali pula mereka melewati suatu mata air melainkan mereka meminumnya sampai habis hingga kering. Kemudian manusia kembali datang mengadu kepada Nabi lsa, maka Nabi lsa berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala Lalu Allah membinasakan mereka dan mematikan mereka semua hingga burnt menjadi busuk karena bangkai mereka yang sangat banyak dan baunya yang sangat busuk. Kemudian Allah menurunkan hujan besar dan menghanyutkan jasad-jasad mereka, lalu banjir melemparkan bangkai mereka ke laut"

Imam Ahmad mengatakan bahwa Yazid ibnu Harun menceritakan bahwa setelah itu gunung-gunung hancur, dan bumi menjadi rata seperti hamparan permadani kulit. Kemudian Imam Ahmad kembali kepada hadits Hasyim yang menyebutkan, "Menurut apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepadaku (Nabi lsa), bahwa apabila hal itu telah terjadi, maka sesungguhnya hari kiamat bagaikan seorang wanita hamil yang sudah masanya untuk melahirkan. Suaminya tidak mengetahui bilakah istrinya akan membuat kejutan baginya dengan kelahiran bayinya, apakah di siang hari ataukah di malam hari."

Ibnu Majah telah meriwayatkannya dari Bandar, dari Yazid ibnu Harun, dari Al-Awwam ibnu Hausyab berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal.

Para nabi yang telah disebutkan di atas adalah para nabi yang terkemuka dari kalangan Ulul 'Azmi, mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang waktu hari kiamat secara tepat. Mereka mengembalikan perkara mereka kepada Isa alaihis salam, lalu Isa menjawab mereka dengan tanda-tandanya saja; hal ini tiada lain karena dia akan diturunkan di zaman terakhir dari umat Nabi Muhammad Shollallohu alaihi wa sallam untuk melaksanakan syariat Nabi Muhammad Shollallohu alaihi wa sallam dan membunuh Dajjal, dan Allah menjadikan kebinasaan Ya-juj dan Ma-juj berkat doa yang dipanjatkannya. Maka Nabi Isa hanya menceritakan apa yang telah diajarkan oleh Allah kepadanya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Bukair, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ziyad ibnu Laqit yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadits berikut dari Huzaifah yang mengatakan bahwa Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai hari kiamat, maka beliau Shollallohu alaihi wa sallam menjawab: Pengetahuan hari kiamat hanya ada di sisi Tuhanku, tidak ada yang mengetahui waktunya kecuali hanya Dia. Tetapi aku akan menceritakan kepada kalian tentang syarat-syarat (tanda-tandanya) dan hal-hal yang akan terjadi dekat sebelumnya. Sesungguhnya dekat sebelum hari kiamat akan terjadi fitnah dan haraj. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah mengenai fitnah telah kami ketahui maknanya, tetapi apakah yang dimaksud dengan harqj?” Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam bersabda, "Haraj adalah bahasa Habsyah yang artinya pembunuhan.” Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya, "Dan ditimpakan kepada semua manusia rasa tanakur (saling mengingkari). Karena itu, hampir-hampir seseorang tidak mengenal temannya.

Tidak ada seorang pun dari Sittah yang meriwayatkan hadits ini melalui jalur ini.

Waki' mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Khalid, dari Tariq ibnu Syihab yang mengatakan bahwa Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam terus-menerus teringat tentang masalah hari kiamat, sehingga turunlah firman Allah Subhanahu wa ta’ala yang mengatakan: Mereka menanyakan kepadamu tentang hari kiamat, "Bilakah terjadinya?” (Al-A'raf: 187), hingga akhir ayat.

Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadits Isa ibnu Yunus, dari Ismail ibnu Abu Khalid dengan sanad yang sama. Sanad ini berpredikat jayyid (baik) lagi kuat.

Nabi yang ummi ini adalah penghulu para rasul dan pemungkasnya, yaitu Nabi Muhammad Shollallohu alaihi wa sallam yang dikenal sebagai nabi pembawa rahmat, nabi tobat, panglima perang, juga dijuluki dengan nama Al- Aqib dan Al-Muqaffa serta Al-Hasyir yang kelak di hari kiamat semua manusia dihimpunkan di bawah kedua telapak kakinya, sekalipun sabdanya yang disebutkan di dalam kitab Sahih melalui hadits Anas, Sahl ibnu Sa'd mengatakan: Aku diutus, sedangkan jarak antara aku dan hari kiamat seperti keduanya ini.

Hal ini diungkapkan oleh beltau Shollallohu alaihi wa sallam seraya mengisyaratkan dengan kedua jarinya, yaitu telunjuk dan jempol. Walaupun demikian Allah memerintahkan kepadanya agar mengembalikan pengetahuan tentang terjadinya hari kiamat kepada Dia, jika beliau ditanya mengenainya. Untuk itu, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah disisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al A’raf : 187)

Selanjutnya,
Tafsir Ibnu Katsir Surat Al A’raf Ayat 188

No comments:

Post a Comment