Ensiklopedia Tafsir Al Qur'an

Referensi Kitab Tafsir dari Berbagai Ulama

Tafsir Ibnu Katsir Surat Hud Ayat 103-105

Tafsir Ibnu Katsir Surat Hud Ayat 103-105

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpul­kan untuk (menghadapi)nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). Dan Kami tiadalah mengundur­kannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya, maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, "Sesungguhnya dalam pembinasaan Kami terhadap orang-orang kafir dan penyelamatan Kami terhadap orang-orang mukmin."

Benar-benar terdapat tanda. (Hud: 103)

Yakni pelajaran dan nasihat yang menunjukkan kebenaran ancaman Kami kelak di hari kemudian. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Al-Mu’min: 51)

Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu.” (Ibrahim: 13), hingga akhir ayat.

Adapun firman Allah Subhanahu wa ta’ala: Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpul­kan untuk (menghadapi)nya. (Hud: 103)

Maksudnya, dari yang pertama hingga yang paling akhir dari mereka semuanya dihimpunkan pada hari itu. Ayat ini semakna dengan ayat lainnya, yaitu: Dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47)

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala: Dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). (Hud: 103)

Yakni hari yang sangat besar, dihadiri oleh para malaikat; pada hari itu berkumpul pula para rasul, dan semua makhluk yang terdiri atas jin, manusia, burung-burung, binatang-binatang liar serta semua binatang ternak dihimpunkan. Lalu pada hari itu Tuhan Yang Mahaadil menjalankan hukum-Nya tanpa berbuat aniaya barang seberat zarrah pun; jika amal perbuatan berupa suatu kebaikan, maka Dia melipatgandakan pahalanya. 

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala: Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. (Hud: 104)

Artinya, tidak sekali-kali Kami mengundurkan terjadinya hari kiamat melainkan karena telah ditetapkan oleh Allah dalam takdir-Nya yang terdahulu tentang keberadaan sejumlah manusia dari keturunan anak Adam, dan telah ditetapkan-Nya masa tertentu bagi mereka. Apabila masa itu telah mereka lalui dan keberadaan mereka di dunia telah terpenuhi menurut takdir-Nya, maka barulah hari kiamat terjadi. Karena itulah dalam firman-Nya disebutkan: Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. (Hud: 104)

Yaitu sampai waktu yang tertentu, tidak ditambahi dan tidak dikurangi.

Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya. (Hud: 105)

Pada waktu hari kiamat terjadi, tiada seorang pun yang berbicara melainkan dengan seizin Allah. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya: Mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucap­kan kata yang benar. (An-Naba: 38)

Dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Thaha: 108), hingga akhir ayat.

Di dalam hadits Sahihain mengenai syafaat disebutkan: Pada hari itu seorang pun yang berbicara selain para rasul, dan doa para rasul pada hari itu ialah, "Ya Allah, selamat­kanlah selamatkanlah.”

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala: Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 105)

Artinya, di antara mereka yang dihimpunkan pada hari perhimpunan itu ada yang celaka, ada pula yang berbahagia; perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka. (Asy-Syura: 7)

Al-Hafiz Abu Ya'la di dalam kitab Musnad-nya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Hissan, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, dari Umar yang mengatakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan: maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 105) Ia bertanya kepada Nabi Shollallohu alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, apakah yang harus kita kerjakan? Apakah yang kita kerjakan adalah sesuatu yang telah dirampungkan, ataukah sesuatu yang belum dirampungkan?" Rasulullah Shollallohu alaihi wa sallam menjawab: Hai Umar, hal yang kita kerjakan adalah sesuatu yang telah dirampungkan dan telah dicatat oleh qalam (pena) takdir, tetapi tiap-tiap orang diciptakan sesuai dengan bakatnya masing-masing.

Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala menjelaskan keadaan orang-orang yang celaka dan orang-orang yang berbahagia. 

Sebelumnya,
Selanjutnya,
Tafsir Ibnu Katsir Surat Hud Ayat 106-107